Yesus Kristus, Allah yang menyatakan diri-Nya kepada manusia.
Setelah kita melihat pembuktian tentang keberadaan Tuhan yang Satu, maka sekarang kita akan meneliti Tuhan, seperti yang dipercayai oleh agama-agama yang percaya akan satu Tuhan. Kristen, Islam, dan agama Yahudi adalah tiga agama yang percaya akan satu Tuhan, dan juga dimulai di daerah yang sama. Yang paling membedakan antara dua agama monotheism yang lain dengan Kristen adalah figur “Yesus”. Bahkan bisa dikatakan, bahwa agama Kristen adalah bukan agama yang berdasarkan buku, namun berdasarkan sosok Pribadi, yaitu Yesus Kristus.
Untuk menjawab, kenapa orang Kristen percaya kepada Yesus, kita tidak bisa hanya mendasarkan argumen pada filosofi, karena keterbatasan dari pemikiran manusia. Yesus, Tuhan yang dilahirkan sebagai manusia, tidak dapat diterangkan dengan pemikiran manusia semata, namun harus digabungkan dengan iman.[1] Filosofi dapat membantu untuk menerangkan bahwa kepercayaan itu adalah “yang sudah selayaknya”. Disini kita dapat menggunakan “argument of fittingness.” Argumen ini untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang dinyatakan oleh Tuhan adalah memang sudah seharusnya atau selayaknya terjadi.
Membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan:
Argumen dari prinsip kesempurnaan mahluk berakal budi.
Yesus Kristus hanya dapat dijelaskan dalam relasinya dengan Allah, yaitu Allah yang mempunyai tiga kepribadian. Sesuatu yang dapat disetujui bersama tentang Tuhan, yaitu Tuhan adalah Maha sempurna. Kesempurnaan manusia dikarenakan oleh keberadaan manusia sebagai mahluk personal atau “personal being,” yang mempunyai kemampuan untuk mengasihi, memberikan dirinya kepada orang lain, dan juga mempunyai kemampuan untuk berkumpul dengan sesama. Kalau ini benar untuk manusia (tingkat natural), maka di tingkat supernatural ada kebenaran yang sama dalam tingkatan yang paling sempurna. Jadi Tuhan tidak mungkin Tuhan yang sendirian, namun “keluarga Tuhan”, dimana keberadaan-Nya, kasih-Nya, dan kemampuan-Nya untuk bersekutu dapat terwujud.
Argumen dari definisi kasih.
Kasih tidak mungkin dapat berdiri sendiri. Kasih senantiasa melibatkan dua pihak. Sebagai contoh, kasih suami istri, masing-masing dapat mengasihi secara lengkap, karena suami-istri “saling” mengasihi. Kalau Tuhan adalah kasih, kasih yang paling sempurna, maka tidak mungkin Tuhan tidak mempunyai seseorang yang dapat menjadi saluran kasih-Nya dan juga dapat membalas kasih-Nya dengan derajat yang sama. Jadi Tuhan itu harus satu, namun bukan Tuhan yang terisolasi sendirian. Jika tidak demikian, maka Tuhan tidak mungkin untuk menyalurkan kasih-Nya yang sejati.
Orang mungkin berargumentasi bahwa Tuhan bisa saja satu dan Dia dapat menyalurkan kasih-Nya dan menerima balasan kasih dari manusia. Namun, kalau kita pikir secara logis, hal ini tidaklah mungkin karena Tuhan tidak mungkin tergantung dari manusia yang kasihnya tidaklah berarti dibandingkan dengan kasih Tuhan. Dengan demikin, sangatlah logis, kalau Tuhan mempunyai “kehidupan interior/ interior life,” sehingga Dia dapat memberikan cinta sempurna yang rela berkorban. Dan dalam kehidupan interior inilah ada Yesus Kristus, Allah Putera, yang mempunyai derajat kasih yang sama dengan Allah Bapa. Operasi dari Allah Bapa dan Allah Putera adalah mengasihi secara kekal, sempurna, dan tak terbatas. Dan buah dari kasih ini adalah Roh Kudus.[2] Dan dengan kematian Yesus di kayu salib, Tuhan menunjukkan akan bukti adanya kasih yang sempurna, yaitu dengan memberikan diri sendiri kepada orang lain.[3] Pembahasan lengkap tentang Trinitas akan dibahas dalam tulisan yang lain.
Yesus adalah Tuhan – melalui empat pilihan
Salah satu cara untuk membuktikan ke-Allahan dari Yesus adalah dengan memberikan beberapa pilihan sehingga pada akhirnya kita dapat menentukan pilihan secara logis. Pembuktian ini (pilihan satu – tiga) disarikan dari pembuktian menurut C.S. Lewis dalam bukunya “Mere Christianity”[4] dengan maksud untuk memberikan penjelasan kepada orang-orang – termasuk yang bukan Kristen – yang mungkin berkata “Saya percaya kepada Yesus hanya sebagai nabi, atau orang yang yang baik, atau sebagai guru moral yang besar, namun saya tidak mau mempercayai Yesus sebagai Tuhan.” Percaya kepada Yesus tidak bisa setengah-setengah. Mungkin terjemahan dalam bahasa Indonesia terdengar kasar, namun kontras ini dibuat agar kita dapat memilih pilihan yang paling logis bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Tuhan.
Pilihan 1 – Yesus adalah sungguh Tuhan Allah yang menjelma menjadi manusia
Di dalam sejarah manusia, tidak ada manusia yang pernah mengaku dirinya sebagai Tuhan dan juga mempunyai kemampuan dan kuasa Tuhan. Para nabi dari berbagai agama tidak pernah mengaku bahwa mereka adalah satu (hypostatic union) dengan Tuhan seperti yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri.
Juga dapat dibuktikan bahwa di masa hidupnya, Yesus melakukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan, sebagai contoh: 1) Yesus mengampuni dosa manusia, seperti yang ditunjukkan dalam cerita penyembuhan orang yang lumpuh (Mat 9:2-8), 2) Yesus menempatkan diri sebagai Pemberi dan Pengatur dari hukum moral, seperti yang ditunjukkan dalam kotbah di bukit (Mat 5:27-28), 3) Dia juga memberikan peneguhan bahwa Yesus dan Allah adalah satu (Yoh 10:30), 4) Yesus juga mengatakan bahwa segala kuasa di bumi dan di surga diberikan kepada-Nya (Mat 28:18). Kalau kita tidak percaya akan pilihan ini, maka kita akan mengambil kesimpulan dengan pilihan-pilihan di bawah ini.
Pilihan 2 – Yesus adalah seorang yang tidak dapat menggunakan akal sehat (dalam bukunya, C.S Lewis mengatakan “madman”)
Di dalam Kitab Suci tidak pernah ada yang mengindikasikan bahwa Yesus adalah seseorang yang tidak dapat menggunakan akal sehat. Adalah sangat tidak mungkin, kalau para rasul, para santa dan santo mau mengorbankan nyawa mereka untuk seseorang yang tidak dapat menggunakan akal sehat. Jadi pilihan ini sebetulnya sangatlah tidak mungkin.
Pilihan 3 – Yesus adalah seorang yang lebih buruk dari itu (dalam bukunya, C.S Lewis mengatakan “something worse”)
Kalau Dia mengaku bahwa diri-Nya adalah Tuhan – padahal bukan – maka dapat disimpulkan bahwa Dia adalah seseorang yang jahat. Namun untuk mengambil kesimpulan bahwa Yesus adalah seorang yang jahat adalah tidak mungkin, karena Dia hanya melakukan sesuatu yang baik, dan ajaran moral yang disampaikan kepada manusia adalah begitu sempurna dan tidak ada duanya dibandingkan dengan ajaran agama yang lain. Mungkin ada yang pernah mendengar bahwa Mahatma Gandi begitu mengagumi Yesus, terutama ajaran kotbah di bukit. Jadi pilihan ini juga tidak mungkin.
Pilihan 4 – Cerita tentang Yesus adalah kebohongan belaka
Ada beberapa kesaksian dari agama lain yang mengatakan bahwa Yesus dijadikan Tuhan oleh manusia – yaitu oleh para murid dan pengikut dan juga pada jaman Konstantinopel, di Konsili Niceae (325). Ini adalah pernyataan yang mau membagi dan memisahkan antara Yesus menurut sejarah (Jesus of History) dan Yesus menurut iman (Jesus of faith). Namun pernyataan ini sangatlah tidak mendasar kalau kita melihat bahwa pernyataan para murid, juga termasuk St. Paulus yang dibuat sekitar beberapa tahun setelah Yesus wafat. Bayangkan kalau misalkan ada banyak tulisan bahwa di Jakarta tidak pernah terjadi banjir. Dan berita ini terus diberitakan di dalam koran, televisi, dll. Tentu saja ini berita yang tidak benar, dan orang-orang yang mengalami kebanjiran akan protes dan membuat surat pernyataan, demo, dll. Namun pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan di depan saksi banyak orang – yang mengalami kehidupan Yesus – tidak mengundang protes atau tulisan yang menyanggah. Sejarah tidak menemukan tulisan asli abad awal yang menyanggah tentang kebangkitan Kristus. Jadi, kesimpulannya, Yesus sungguh bangkit; kebangkitanNya adalah sesuatu yang nyata dan bukan karangan para muridNya. Jadi kemungkinan bahwa Yesus adalah kebohongan belaka, sangatlah tidak mungkin.
Kalau kemungkinan 2,3, dan 4 adalah tidak mungkin, maka hanya kemungkinan 1 saja yang paling mungkin, yaitu “Yesus adalah Tuhan Allah yang menjelma menjadi manusia.”
Pembuktian indah dari seorang kepala Rabi Yahudi yang menjadi Katolik
Pembuktian yang indah dari hal sama ditulis juga dalam buku autobiografi Eugenio Zolli, kepala rabi Yahudi pada masa perang dunia ke-2 yang kemudian menjadi Katolik pada tahun 1945.[5] Di Polandia, dia sering mengunjungi rumah teman sekolahnya yang bernama Stanislaus, yang beragama Katolik. Di dinding rumah itu tergantung salib kayu yang sederhana. Eugenio mengatakan dalam bukunya
“Sering – aku tidak tahu kenapa – aku akan menatap salib itu dan memandang cukup lama pada “seseorang” yang tergantung di salib. Sejujurnya, permenungan ini selalu diikuti gejolak di dalam jiwaku.
Mengapa orang ini disalibkan? Aku bertanya kepada diriku sendiri. Apakah dia orang jahat? …. Mengapa banyak orang mengikuti dia, kalau dia jahat dan mengapa temanku dan ibunya yang juga mengikuti dia adalah orang-orang yang baik? Bagaimana bahwa Stanislaus dan ibunya begitu baik dan mereka menyembah dia yang disalibkan ini? Dia tidak mengeluh, dia tidak melawan. Di wajah-nya tidak ada ekspresi kebencian ataupun kemarahan….Tidak. dia, Yesus, orang itu – sekarang menjadi “Dia” untukku dengan huruf besar “D.” Dia tidak jahat. Dia tidak mungkin jahat…. Satu hal yang kutahu dengan pasti “Dia sungguh baik“.
Pembuktian Gamaliel, dari Kisah Para Rasul.
Kita melihat di Kisah Para Rasul (Kis 5:26-42), bahwa Gamaliel, seorang ahli taurat yang sangat dihormati menasehatkan kepada orang banyak agar mempertimbangkan perbuatan terhadap pengikut Yesus (Petrus dan rasul-rasul lainnya). Sebab, di waktu yang lalu, setelah kematian Teudas yang mengaku sebagai orang yang istimewa, 400 pengikutnya tercerai berai dan lenyap. Jadi jika perbuatan para murid Kristus berasal dari manusia, mereka akan lenyap dengan sendirinya. Namun jika dari Allah, semua itu tidak dapat dilawan.
Kenyataan bahwa sampai sekarang, setelah 2000 tahun dari kejadian itu, para pengikut Kristus masih bertahan di dalam Gereja Katolik, membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, dan ajaran-Nya adalah dari Allah.
Yesus adalah Tuhan – melalui ” Motif yang meyakinkan / Motive of credibility”
Motif 1 – Nubuat
Motif pertama adalah nubuat atau diberitakan sebelumnya. Kedatangan Tuhan sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelum Yesus datang, dengan melalui persiapan yang panjang.[6] Adalah sangat logis, kalau kedatangan Yesus untuk misi keselamatan seluruh umat manusia dipersiapkan dengan matang, dengan tanda-tanda, sehingga orang tidak sampai salah mengerti. Kita bisa mengambil contoh: Kalau beberapa orang dalam tingkatan direktur pabrik mobil Toyota mengatakan bahwa 20 tahun lagi – semua produk mobil Toyota tidak akan menggunakan bensin, namun menggunakan tenaga surya, juga dapat bergerak dengan kecepatan 200 km/jam, ditambah dengan kemampuan yang lain – maka kita akan percaya, karena yang mengatakan adalah para pembuat mobil tersebut.
Kita dapat menerapkan prinsip ini pada hal persiapan Yesus datang ke dunia ini, yang sudah diberitakan beribu-ribu tahun sebelumnya. Bahkan Nabi Yesaya yang menulis kitab Yesaya sekitar 700 tahun sebelum kedatangan Yesus Kristus, dapat secara persis menggambarkan tentang Kristus yang menderita (Lih. Yes 53). Yesaya dapat menggambarkan secara persis apa yang akan dialami oleh Kristus, karena dia mendapatkan pengetahuan dari Tuhan sendiri. Dan bahwa di dalam sejarah, semua itu terpenuhi dalam diri Yesus, maka ini menjadi bukti akan kebenaran bahwa yang dinubuatkan adalah benar, yaitu Yesus sungguh- sungguh datang dari Tuhan dan Yesus adalah Tuhan.
Hal yang lain adalah Tuhan ingin memberitahu manusia tentang Mesias jauh hari sebelumnya, sehingga pada saatnya tiba, manusia akan dapat mengenali Mesias yang dijanjikan. Dan inilah yang membedakan antara Yesus dengan tokoh-tokoh dalam agama yang lain. Tokoh-tokoh dalam agama lain tidak pernah diberitakan sebelumnya, sebaliknya Yesus diberitakan secara konsisten dalam rangkaian waktu lebih dari 1500 tahun.
Motif 2 – Mukjizat
Motif ke-2 adalah mukjizat. Kita bisa melihat di dalam Alkitab, bahwa Yesus melakukan banyak sekali mukjizat, yang membuktikan bahwa Dia adalah Putera Allah, yang juga menjadi konfirmasi akan kebenaran semua pengajaran-Nya. Kita bisa menemukan bahwa Yesus menyembuhkan orang buta (Mat 9:27-31), orang bisu (Mat 9:32-35), orang tuli (Mk 7:31-37), orang lumpuh (Mat 9:1-8), bahkan membangkitkan orang mati (Yoh 11:1-46).
Yesus juga mengatakan bahwa “ …. tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (Yoh 10:37-38).
Di atas semua itu, mukjizat terpenting adalah kebangkitan Kristus (Mat 28:1-10; Mar 16:1-20; Luk 24:1-53; Yoh 20:1-29, 21:1-19; Kis 1:3; 1 Kor 15:17; 1 Kor 15:5-8). Mungkin ada banyak orang yang dapat melakukan mukjizat dan menyembuhkan penyakit-penyakit. Namun orang tersebut pada akhirnya meninggal dan tidak dapat bangkit dengan kekuatan sendiri. Namun Yesus menunjukkan bahwa Ia mempunyai kuasa di atas segalanya, termasuk kematian. Hanya Tuhan yang dapat melakukan hal ini.
Motif 3 – Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus
Keberadaan Gereja Katolik, Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri menjadi bukti akan janji-Nya sebagai Allah untuk melidungi Gereja-Nya sampai akhir jaman (lih. Mat 16:18) di bawah kepemimpinan rasul Petrus dan juga penerusnya, yaitu para paus. Sudah begitu banyak percobaan yang dialami oleh Gereja Katolik, baik dari dalam Gereja maupun dari luar Gereja. Namun sesuai dengan janji Kristus, Gereja Katolik tetap bertahan dengan mengajarkan kebenaran yang penuh, ditandai dengan sifat: satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Kesimpulan
Dari semua pembuktian tersebut di atas, secara filosofi – yaitu dengan “argument of fittingness,” kita dapat menyimpulkan bahwa adalah sudah sepantasnya bahwa Yesus menjelma menjadi manusia untuk keselamatan seluruh umat manusia. Pembuktian “empat pilihan” membuat kita memilih kemungkinan yang paling logis, yaitu Yesus adalah Putera Allah. Pembuktian dari cerita Eugenio Zolli membuktikan bahwa seseorang yang tidak mengenal Kristus, akan mau mengenal dan menjadi pengikut Kristus, kalau dia melihat akan saksi hidup dari pengikut Kristus, dalam hal ini adalah Stanislaus dan ibunya. Gamaliel semakin memperkuat argumen dari “motive of credibility”, karena pengikut Kristus ada dan berkembang terus sampai saat ini. Pembuktian dari “motive of credibility” semakin meyakinkan kita bahwa Yesus adalah Putera Allah yang sudah dijanjikan, yang mampu melakukan mukjizat-mukjizat, dan keberadaan Gereja Katolik selama 2000 tahun menjadi tanda mukjizat yang terbesar setelah mukjizat kebangkitan Tuhan Yesus.
Semoga bagi yang belum mengenal dan percaya kepada Kristus dan sedang mencari kebenaran, Tuhan sendiri akan menuntun saudara untuk menemukan kebenaran itu sendiri, yaitu Kristus Yesus (Yoh 14:6). Bagi yang sudah mengenal Kristus, mari kita mencontoh kehidupan para Kudus, dan juga Stanislaus dan ibunya. Kekudusan akan membuat kita menjadi saksi Kristus yang hidup dan membawa orang untuk mengenal dan mengasihi Kristus.
Sumber : http://katolisitas.org/2008/06/13/mengapa-orang-kristen-percaya-bahwa-yesus-kristus-adalah-tuhan/
Casino Las Vegas - Mapyro
BalasHapusThe 경상남도 출장마사지 casino Las Vegas. 구리 출장마사지 Casino 속초 출장마사지 Las Vegas is a casino on the Strip 김해 출장안마 that is located on a five-acre site 동해 출장안마 known for its slots and table games.