Jumat, 26 November 2010

Siapa saja yang dapat diselamatkan ?


Memang masalah keselamatan adalah masalah yang begitu sulit, namun begitu penting. Setiap agama mempunyai konsep tentang keselamatan sendiri-sendiri. Dan konsep keselamatan dari Gereja Katolik berbeda dengan gereja Protestan, dan antara denominasi Kristen kadang juga memberikan konsep yang berbeda. Mari kita melihat konsep keselamatan yang diberikan oleh Gereja Katolik, sebuah konsep keselamatan yang begitu baik dan menyeluruh.
I. Konsep dan Prinsip
  1. Keselamatan, baik sebelum, pada waktu, dan setelah kedatangan Kristus mengalir dari misteri Paska Kristus: penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus ke Sorga. Karena dengan misteri Paska Kristus, Kristus telah menyelamatkan seluruh umat manusia dan Kristus menjadi sumber dari semua berkat yang mengalir ke seluruh umat manusia. Jadi kalau orang yang tidak mengenal Kristus diselamatkan, itu karena jasa Kristus.
  2. Setiap orang, baik sebelum kedatangan Kristus, pada saat Kristus hidup, maupun setelah kedatangan Kristus diberikan berkat (grace) yang cukup untuk dapat menuju tujuan akhir atau Surga. Hal ini dikarenakan bahwa manusia secara kodrat mempunyai kemampuan untuk mengenal dan mengasihi penciptanya, yaitu Tuhan. Jadi dengan hanya mengandalkan akal budi, manusia dapat mengetahui akan keberadaan Tuhan yang satu, seperti yang saya tuliskan di artikel “Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada“. Jadi kalau sampai seseorang tidak masuk surga, itu adalah karena kesalahan sendiri dan bukan karena kesalahan Tuhan (Tuhan tidak mungkin salah).
  3. Allah adalah kasih dan adil. Dengan kasih-Nya dan belas kasih-Nya, Dia menginginkan semua orang untuk masuk dalam kerajaan surga. Inilah yang disebut dengan “predestination“. Harap dibedakan dengan konsep “double predestination“, dimana dikatakan bahwa Tuhan telah menakdirkan sebagian orang masuk surga dan sebagian masuk neraka.
    Kita percaya bahwa sejak dari awal mula, Tuhan menginginkan agar seluruh umat manusia memperoleh kebahagiaan abadi di Surga bersama dengan Tuhan. Namun Tuhan begitu mengasihi manusia, sehingga Dia menginginkan agar manusia dapat membalas kasih Tuhan dengan bebas. Dan Tuhan memberikan keinginan bebas “free will” kepada manusia. Namun dengan free will ini, manusia dapat berkata ya atau tidak terhadap tawaran Tuhan.
    Mungkin ada yang menanyakan, kenapa Tuhan memberikan keinginan bebas? Ini adalah suatu ekpresi kasih yang begitu dalam kepada umat manusia. Bayangkan, kalau kita mengasihi pacar kita, maka kita ingin agar pacar kita bukan sebagai robot yang menuruti segala keinginan kita. Namun kita menginginkan agar pacar kita secara bebas mengasihi kita.
    Keadilan Tuhan juga tercermin dari seseorang yang diberi banyak akan dituntut lebih banyak.
  4. Allah melihat hati kita yang terdalam. Jawaban terhadap Allah oleh manusia dilihat oleh Allah sebagai suatu pernyataan yang keluar dari dari dalam hatinya. Ini berarti bahwa Tuhan melihat sampai seberapa jauh manusia benar-benar mengasihi Allah. Apakah seseorang mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan? Atau dengan kata lain, apakah seseorang menempatkan kebenaran (Tuhan) diatas kepentingan pribadi (ciptaan). Inilah sebabnya dalam Sepuluh Perintah Allah, Tuhan memberikan dua loh batu, dimana batu pertama terdiri dari perintah 1-3, yaitu perintah untuk mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu. Dan batu loh yang ke-dua memuat perintah 4-10, dimana terkandung perintah untuk mengasihi sesama.
    Nah, yang mengetahui sampai seberapa jauh manusia berusaha adalah Tuhan, karena Tuhan melihat jauh ke dalam hati. Dan kita juga melihat bahwa ada tiga hal untuk melihat sesuatu dianggap sebagai sesuatu yang baik secara moral, yaitu: maksud (intention), situasi (circumstances), dan objek moral (moral object). Jadi dalam hal ini, maksud (intention) yang sebenarnya untuk melakukan sesuatu, hanya Tuhan yang tahu secara persis. Itulah sebabnya Gereja tidak pernah mengatakan bahwa seseorang pasti masuk neraka, karena hanya Tuhan saja yang tahu persis kedalaman hati seseorang sampai pada saat dia dipanggil oleh Tuhan.
  5. Gereja Katolik percaya bahwa Sakramen Baptis adalah mutlak untuk keselamatan, bahkan dikatakan bahwa Gereja tidak tahu ada cara lain selain Baptisan yang membuat orang dapat masuk ke kehidupan kekal di surga (Katekismus Gereja Katolik/KGK, 1257), yaitu baptis air, baptis rindu dan baptis darah, seperti diuraikan di point II di bawah ini. Lebih lanjut dikatakan bahwa Tuhan telah mengikat keselamatan pada Sakramen Pembaptisan.
II. Sebelum kedatangan Kristus.
  1. Bagi bangsa Yahudi sebelum kedatangan Kristus: Sebelum kedatangan Kristus, bangsa Yahudi dipilih Tuhan secara khusus dan menerima wahyu Tuhan, sehingga mereka beriman kepada Tuhan yang satu. Mereka mengetahui wahyu ini melalui perantaraan para nabi. Dan wahyu ini terus-menerus berlangsung sebagai persiapan akan kedatangan Sang Sabda, Yesus Kristus, ke dunia ini. Jadi keselamatan bangsa Yahudi sebelum kedatangan Kristus, terikat oleh Hukum Taurat, yang sebenarnya juga dapat disarikan sebagai mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Mat 22:34-40). Hal ini disebabkan oleh 10 perintah Allah yang dapat dibagi menjadi dua: 1) Perintah 1-3: perintah untuk mengasihi Tuhan 2) 4-10, perintah untuk mengasihi sesama. Namun, keselamatan mereka tetap bersumber pada misteri Paskah Kristus.
  2. Bagi bangsa-bangsa lain sebelum kedatangan Kristus dan juga orang-orang yang bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Kristus: Dua kategori orang-orang ini terikat oleh hukum yang dituliskan oleh Tuhan sendiri di dalam hati mereka masing-masing, atau yang disebut “natural law” atau hukum kodrat. 10 perintah Allah adalah manifestasi yang sempurna dari hukum kodrat sehingga dengan demikian mengikat seluruh manusia, dengan tidak memandang suku, bahasa, maupun kebudayaan, karena prinsip 10 Perintah Allah ini sebenarnya ada di dalam hati semua orang. Semua suku dan bangsa yang tidak mengenal Tuhan, melihat bahwa seorang anak yang tidak menghormati orangtuanya adalah berdosa, seorang yang membalas kebaikan dengan kejahatan adalah salah. hukum kodrat ini adalah sebagai akibat dari hakikat manusia, yang diciptakan menurut gambaran Allah, yang mampu untuk menangkap konsep sesuatu yang “baik”, mampu untuk mencari kebenaran, mampu untuk menemukan Pencipta-Nya, mampu untuk bersosialisasi, dll. Dan hukum alam ini mengikat manusia, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus di Rom 2:15 “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.“Bagaimana mereka dapat diselamatkan? Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih[13], dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.[15]Sebagai contoh dari “bukan karena kesalahan mereka sendiri” adalah orang-orang yang hidup sebelum Kristus, dan juga orang-orang yang tidak terjangkau oleh pemberitaan tentang Kristus. Namun kita juga dapat memasukkan disini adalah orang-orang dari agama lain, yang walaupun telah dijangkau oleh pemberitaan Kristus namun pemberitaan ini tidak memberikan “motive of credibility” (penjelasan dasar yang meyakinkan) yang baik terhadap kekristenan, sehingga orang dari agama lain, bukan karena kesalahannya, tidak dapat percaya akan pesan Kristus.Namun saya ingin menegaskan disini, bahwa kuncinya adalah apakah orang tersebut tidak mau menjadi Kristen karena “invincible ignorance” (ketidaktahuan yang tidak dapat dihindari) ataukah karena memang kepentingan pribadi, misalkan untuk mendapatkan pangkat, sekolah yang baik, dll. Di sini perlu dipertanyakan apakah orang tersebut benar-benar mencari kebenaran di atas segalanya. Maksudnya adalah apakah orang tersebut di dalam kapasitasnya benar-benar mencari kebenaran atau Tuhan dengan segenap hati, segenap pikiran dan segenap kekuatan. Dan dalam hal ini hanya Tuhan yang tahu secara persis apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Untuk itulah, maka Gereja tidak akan pernah berkata bahwa seseorang pasti masuk neraka, namun Gereja dapat berkata orang tersebut mempunyai risiko kehilangan keselamatannya. Di sinilah pentingnya bagi orang yang telah mengenal Kristus untuk hidup kudus, sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang tidak mengenal Kristus.
  3. Sekarang kita masuk ke kategori yang lain, yaitu: umat Kristen Non Katolik: Dokumen Vatikan II menjelaskan, bahwa ada unsur-unsur kekudusan dan kebenaran di dalam gereja yang lain, seperti misalkan memegang nilai-nilai suci yang terdapat di Alkitab, hidup dengan kasih, dll. Bahkan gereja Katolik mengakui pembaptisan mereka.[16] Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. LG 14 menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”Dalam hal ini, Gereja Katolik menyatakan suatu kondisi bahwa orang dapat kehilangan keselamatan. Namun Gereja tidak pernah tahu secara persis apakah masing-masing pribadi “benar-benar tahu” bahwa Gereja Katolik adalah Sakramen Keselamatan. Kalau seseorang tahu tapi tidak melakukannya, berarti orang tersebut menempatkan kepentingan pribadi di atas Tuhan sendiri, dan ini adalah berdosa. 
  4. Bagaimana dengan umat Katolik sendiri? Dalam Lumen Gentium 14 ditegaskan akan pentingnya untuk terus berjuang hidup kudus, yaitu dengan mempraktekkan kasih kepada Tuhan dan sesama. Orang Katolik yang tidak mempraktekkan kasih, hanyalah menjadi anggota Gereja secara jasmaniah, namun bukan secara spiritual, tidak dapat diselamatkan.[17] Hal ini disebabkan karena mereka sudah mengetahui hal yang benar, namun mereka tidak melakukannya (Lih. Luk 12:47-48).Karena kepenuhan kebenaran ada di Gereja Katolik, umat Katolik seharusnya dapat hidup lebih kudus, karena berkat-berkat yang mengalir dari Sakramen-sakramen, seperti: Ekaristi, Pengampunan Dosa.
  5. Jadi kesimpulannya, kita tidak dapat mengatakan bahwa orang yang tidak dibaptis air (secara sakramen) pasti masuk neraka, sebab ada kondisi-kondisi lain (yang telah disebutkan di atas) yang diperhitungkan. Namun, satu-satunya keselamatan hanya melalui Kristus dan melalui pembabtisan. Jadi bagi orang-orang seperti yang disebutkan di atas, yang dalam kondisi “bukan karena kesalahannya sendiri” tidak dapat mengenal Kristus dan Gereja-Nya, dan juga mereka berbuat kasih dan mengalami pertobatan, orang tersebut sebetulnya mengalami “baptism of desire” (lih KGK, 1258-1259). Dan bagi orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, mereka juga dapat diselamatkan karena mereka telah menerima “Baptisan darah” (KGK, 1258). Dengan penggabungan faktor-faktor tersebut di atas, maka kita juga dapat mengatakan bahwa orang yang tidak dibaptis tidak dapat masuk surga atau dikatakan bahwa Gereja tidak mengenal cara lain selain pembaptisan untuk masuk surga (KGK, 1257). Dan bagi orang yang telah dibaptis namun tidak menjalankan kasih juga dapat kehilangan keselamatannya.
  6. Kalau begitu apakah kita harus membawa orang kepada Kristus? Tentu saja. Kristus adalah harta terbesar yang kita miliki. Adalah menjadi perbuatan kasih kalau kita membagikan harta terbesar ini kepada semua orang. Namun tentu saja kita harus melakukannya dengan bijasana dan penuh kasih.
Apakah seorang atheis dapat diselamatkan? Jawabannya bisa ya dan tidak. Dapat diselamatkan kalau “orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi“.  Keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.
  • Bukan kesalahan mereka sendiri tidak mengenal Kristus dapat diartikan sebagai invincible ignorance, yaitu kesalahan yang dikarenakan oleh ignorance (ketidaktahuan) yang tidak terhindari, namun orang ini telah benar-benar berusaha untuk menemukan kebenaran dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatannya. Dan seandainya ada orang yang dapat menerangkan kepadanya dengan baik tentang kebenaran, maka orang tersebut sebenarnya dapat berubah dan menjadi percaya kepada Kristus. Ini berarti orang tersebut menempatkan kebenaran di atas kepentingannya pribadi. Oleh karena itu, orang tersebut dapat diselamatkan.
  • Kelompok yang lain adalah atheis atau orang yang tidak mengenal Kristus, namun karena culpable ignorance, yang disebabkan karena kelalaian sendiri, misalnya: orang tersebut mempunyai kesempatan untuk mencari kebenaran, namun dia  tidak menggunakannya dengan baik. Atau sebenarnya tidak ada alasan bagi orang tersebut untuk tidak mengenal Kristus. Ini dapat diumpamakan seseorang tetap salah dan dihukum kalau karena kelalaiannya tidak mempelajari peraturan lalu lintas, namun dia nekat untuk mengendarai mobil. Kelompok ini mempunyai resiko kehilangan keselamatan mereka.
  • Jadi bagaimana dengan Mahatma Gandhi? “Invincible ignorance” bukan berarti bahwa dia sama sekali tidak pernah mendengar tentang Kristus, namun walaupun dia pernah mendengar tentang Kristus, dan dia telah berusaha dengan segenap pikiran, hati, dan kekuatan, untuk mencoba namun tidak sampai untuk menjadi murid Kristus. Jangan lupa, bahwa orang-orang yang menjadi batu sandungan bagi Mahatma Gandhi turut berpartisipasi dalam dosa, karena menjadi batu sandungan bagi dia untuk menjadi murid Kristus. Beliau mengatakan bahwa kalau semua orang di India dapat menerapkan ajaran Kristus, maka tidak ada lagi orang Hindu di India. Jadi orang-orang saleh yang tidak mengenal Kristus, dapat masuk surga, namun hanya Tuhan yang tahu persis apakah “ignorance” yang mereka lakukan karena “invincible ignorance” atau “culpable ignorance“.
  • Kita jangan lupa, bahwa ada beberapa tingkatan atheist. Pada tingkatan yang paling parah, dimana benar-benar orang tersebut membenci Tuhan, maka orang ini dapat kehilangan keselamatannya. Namun pada tingkatan lain, orang yang “morally good” tidak dapat ‘membenci’ orang sedemikian rupa, atau membenci Tuhan, ia hanya tidak atau belum mengenali Tuhan.  Padahal keberadaan Tuhan dapat dibuktikan dengan akal budi, juga termasuk oleh seorang atheis.
  • Tentu saja bagi yang tidak percaya akan Tuhan, tidak dapat menerapkan hukum kasih yang bersifat supernatural, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama untuk Tuhan. Maka akan jauh lebih sulit bagi orang yang tidak kenal Tuhan untuk menerapkan hukum kasih ini untuk masuk surga.
    • Digerakkan oleh Rahmat Ilahi adalah suatu berkat yang membantu, atau dalam istilah teologi adalah “actual grace“. Actual grace ini merupakan gerakan dari Roh Kudus untuk membawa orang ini kepada pertobatan. Dan pada saat orang ini menanggapi dan kemudian menerima pembaptisan, maka orang tersebut menerima “sanctifying grace” atau rahmat kekudusan, yang membuat seseorang menjadi anak Allah.
      Karena Tuhan adalah maha adil, maka kita meyakini bahwa berkat dari Tuhan adalah cukup dan berlimpah bagi setiap orang. Jadi gerakan Roh Kudus ini adalah yang membawa orang pada pertobatan dan perbuatan kasih. Rasul Yohanes mengatakan “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (1 Yoh 4:16).
    • Secara prinsip, seorang yang benar-benar kristen dan menerapkan ajaran Kristus pasti akan lebih baik dari orang yang bukan Kristen. Dalam membandingkan, kita harus membandingkan apel dengan apel dan tidak bisa apel dengan jeruk. Kita harus bandingkan seorang Katolik yang baik dengan seorang atheis yang baik. Bandingkan atheis yang terbaik dengan para santa-santo, seperti yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta yang menolong orang karena kasihnya kepada Tuhan, atau St. Maximillian Kolbe yang rela menyerahkan dirinya untuk dibunuh menggantikan nyawa sesama tawanan NAZI.
  • Jadi apakah evangelisasi percuma? Tentu saja tidak! Malah ditekankan bahwa Gereja pada dasarnya adalah misioner. Kita semua yang telah dibaptis harus berjuang untuk membawa semua orang kepada Kristus. Kenapa? Karena bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus lebih sulit untuk mencapai keselamatan. ibaratnya mereka tidak mempunyai peta yang baik dan sempurna. Dan berkat Baptisan adalah memberikan manusia kekuatan untuk dapat hidup kudus, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama. Jadi bagi yang telah dibaptis dan menerima rahmat Allah, maka tuntutannya lebih besar dibandingkan dengan yang belum mengenal Allah. Dikatakan “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk 12:48). Kita ingin membagikan harta terbesar kita, yaitu Kristus, sehingga mereka lebih mudah untuk mendapatkan keselamatan.
IV. Kontradiksi konsep keselamatan?
  1. Lumen Gentium, 14 mengatakan
    Orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.”
    Jadi bagi orang yang bukan kesalahannya sendiri dapat masuk surga sejauh keadaan tidak mengenal Kristus adalah sebagai akibat dari “invincible ignorance” (ketidak tahuan yang tak dapat dihindari) seperti yang telah dijelaskan di atas.
  2. Hal ini tidaklah bertentangan dengan “Andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”
    Hal ini dikarenakan bahwa orang yang benar-benar tahu bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik namun tidak masuk di dalamnya berarti dia mendahulukan kepentingan pribadi di atas pencarian kebenaran.
  3. Dan juga tidak bertentangan dengan: “Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”.
    Ini berarti bahwa orang Katolik yang mempunyai “kepenuhan kebenaran” harus benar-benar dapat menerapkan ajaran kasih. Bagi orang Katolik tidak ada alasan untuk tidak mengasihi Tuhan dan sesama, karena semua telah diberi berkat yang berlimpah dari sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, yang memampukan seseorang untuk hidup kudus setelah menerima Sakramen Baptis.
  4. Kita kembali kepada prinsip di awal, bahwa Tuhan adalah maha adil dan kasih. Juga rahmat Tuhan adalah cukup bagi semua orang untuk bersatu dengan Tuhan. Oleh karena hal ini adalah sangat masuk akal, bahwa semuanya mempunyai resiko dan tugas masing-masing untuk mendapatkan keselamatan. Keselamatan adalah suatu proses yang berakhir pada saat kita meninggal. Orang yang tidak mengenal Kristus, yang mengenal Kristus di luar Gereja Katolik, dan anggota Gereja Katolik, semuanya mempunyai resiko kehilangan keselamatan. Yang menjadi perbedaan adalah Gereja Katolik mempunyai “kepenuhan kebenaran”, gereja yang lain tidak mempunyai kepenuhan kebenaran, dan agama-agama lain mempunyai beberapa unsur kebenaran, yang harus dilihat sebagai persiapan untuk menerima pesan Injil (lih. Lumen Gentium, 16).
  5. Gereja Katolik percaya bahwa keselamatan adalah suatu yang telah (past), sedang (present), dan akan datang (future):
    • Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5).
    • Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9).
    • Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).

    1. Kalau kita berkata bahwa semua yang tidak mengenal Kristus masuk neraka, coba terangkan hal berikut ini: Bagaimana kita begitu yakin bahwa seseorang setelah kedatangan Kristus, yang tinggal di pedalaman Irian Jaya, Kalimantan, dan sampai akhir hayatnya orang tersebut masih tidak mengenal Kristus, pasti masuk neraka. Pertanyaannya, dimanakan keadilan Tuhan? Bukan kesalahan mereka bahwa mereka tidak mengenal Kristus. Kalau saja orang tersebut mendengar tentang Kristus, ada sebagian dari mereka juga akan percaya.
    2. Kalau kita berkata bahwa semua yang tidak mengenal Kristus masuk neraka, coba terangkan hal berikut ini: Bagaimana kita begitu yakin bahwa orang-orang seperti Mahatma Gandhi masuk neraka? Apakah dasarnya? Atau ada yang lebih ekstrim lagi mengatakan bahwa  Bunda Teresa yang terberkati dari Kalkuta masuk neraka, karena beliau tidak maju di dalam “altar call” dan menerima Yesus di depan umum seperti yang terjadi di altar call.
    3. Kalau kita berkata bahwa semua yang telah menerima Kristus pasti masuk surga, coba terangkan hal berikut ini:Orang-orang Kristen atau Katolik yang hidupnya bergelimang dengan dosa sampai akhir hayatnya. Bagaimana seseorang dengan yakin mengatakan “sekali selamat pasti selamat.”

 Sumber : http://katolisitas.org/2008/12/17/siapa-saja-yang-dapat-diselamatkan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar